![]() |
Turntable di Stasiun Tebing Tinggi merupakan bukti kemajuan teknologi era kolonial Belanda. Uniknya, turntable ini dioperasikan secara manual dengan cara diengkol. |
![]() |
Meja putar ini, berfungsi untuk memutar kepala lokomotif/langsir |
![]() |
Garasi lokomotif (Roundhouse) di sudut Stasiun Tebing Tinggi. Bangunan dan teknologinya sangat bernilai sejarah |
Stasiun Tebing Tinggi dibangun pada awal abad ke-20, stasiun ini tak sekadar menjadi titik keberangkatan dan kedatangan, tapi juga saksi bisu sejarah transportasi rel di Sumatera Utara.
Stasiun Tebing Tinggi (kode: TBI) merupakan stasiun kereta api kelas I yang terletak di Kelurahan Satria, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Stasiun ini berada pada ketinggian +21,50 meter dan termasuk dalam Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh.
Awal Berdiri: Jejak Kolonial di Atas Rel
Stasiun ini mulai beroperasi pada 6 Agustus 1915, tak lama setelah jalur rel dari Perbaungan ke Tebing Tinggi diresmikan pada 3 Maret 1903 oleh perusahaan kereta api kolonial Belanda, Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).
Stasiun Tebing Tinggi berdiri untuk mendukung mobilitas hasil perkebunan tembakau dan sawit. Membuat stasiun ini langsung menjadi simpul penting dalam jaringan logistik Hindia Belanda.
Bangunannya mengadopsi gaya kolonial klasik: dinding tebal berwarna putih, atap tinggi berjendela besar, dan aula tunggu yang terasa megah di zamannya.
Di sekeliling stasiun, berdiri rumah-rumah mewah untuk pejabat Belanda dan barak-barak pekerja yang kini menyatu dalam lanskap kota.
Perkembangan dan Modernisasi
Seiring waktu, Stasiun Tebing Tinggi mengalami berbagai transformasi. Dari sistem lokomotif uap yang gemuruh di era awal, berganti ke lokomotif diesel yang efisien. Jalur-jalur lama diperbaiki, dan fasilitas stasiun ditingkatkan untuk mengakomodasi penumpang modern.
Meski begitu, nuansa historis tetap dipertahankan—mengukuhkan identitas stasiun sebagai warisan budaya kota.
Kini, stasiun ini memiliki 6 jalur aktif, menghubungkan Tebing Tinggi dengan berbagai kota besar di Sumatera Utara dan sekitarnya. Dari Medan yang sibuk hingga Tanjungbalai, Rantau Prapat, dan Pematang Siantar.
Kereta-Kereta yang Singgah
Beberapa kereta api penting yang transit atau berangkat dari Stasiun Tebing Tinggi meliputi:
-
KA Sribilah Utama – menghubungkan Medan dan Rantau Prapat, dengan kenyamanan kelas bisnis dan eksekutif.
-
KA Putri Deli – layanan andalan Medan–Tanjungbalai, lewat jalur datar khas pesisir timur.
-
KA Siantar Ekspres – membawa penumpang dari Medan ke kota berhawa sejuk, Pematang Siantar.
-
KA Datuk Belambangan – kereta lokal yang menyambungkan Tebing Tinggi ke Stasiun Lalang dan sekitarnya.
📜 Timeline Perkembangan Stasiun Tebing Tinggi
-
3 Maret 1903: Jalur kereta api dari Perbaungan ke Tebing Tinggi dibuka oleh Deli Spoorweg Maatschappij (DSM), memperluas jaringan kereta api di Sumatera Utara.
-
6 Agustus 1915: Stasiun Tebing Tinggi resmi dibuka untuk umum, menjadi titik penting dalam jaringan transportasi kereta api di wilayah tersebut.
-
Era Kolonial Belanda: Stasiun ini dilengkapi dengan kompleks perumahan pegawai yang luas, termasuk asrama dan rumah mewah untuk pejabat Belanda.
-
Modernisasi: Stasiun ini mengalami berbagai renovasi dan peningkatan fasilitas untuk meningkatkan kenyamanan penumpang, sambil mempertahankan nilai historis bangunan.
🚆 Layanan Kereta Api di Stasiun Tebing Tinggi
Stasiun Tebing Tinggi melayani berbagai rute kereta api, baik jarak jauh maupun komuter. Beberapa layanan utama meliputi:
Kereta Api Jarak Jauh
-
Sribilah Utama: Menghubungkan Medan dengan Rantau Prapat, dengan pemberhentian di Tebing Tinggi.
-
Putri Deli: Melayani rute Medan–Tanjungbalai, dengan pemberhentian di Tebing Tinggi.
Kereta Api Komuter
-
Siantar Ekspres: Menghubungkan Medan dengan Pematang Siantar, melalui Tebing Tinggi.
-
Datuk Belambangan: Melayani rute Tebing Tinggi–Lalang (PP)
🏗️ Fasilitas dan Infrastruktur
Stasiun Tebing Tinggi memiliki enam jalur kereta api
-
Jalur 1: Sepur lurus dari dan ke arah Medan
-
Jalur 2: Sepur lurus dari dan ke arah Siantar
-
Jalur 3: Sepur lurus dari dan ke arah Kisaran
Stasiun ini juga dilengkapi dengan fasilitas seperti parkir, ruang tunggu, toilet, musala, dan area merokok.
Turntable atau Meja Pemutar Lokomotif, Benda Bersejarah Stasiun Tebing Tinggi
Di sudut Stasiun Tebing Tinggi, Sumatera Utara, terdapat sebuah peninggalan bersejarah yang menjadi saksi kejayaan perkeretaapian masa lalu: meja pemutar lokomotif atau turntable.
Meja putar ini, berfungsi untuk memutar kepala lokomotif/langsir atau juga untuk menyimpan lokomotif ke garasi lokomotif (Roundhouse) di dekatnya.
Uniknya, turntable ini dioperasikan secara manual dengan cara diengkol, berbeda dengan sistem otomatis yang umum digunakan di tempat lain. Turntable ini terhubung dengan roundhouse atau los bundar yang memiliki delapan pintu, tempat penyimpanan dan perawatan lokomotif.
Kehadiran fasilitas ini menunjukkan bahwa Stasiun Tebing Tinggi pernah menjadi pusat operasional penting bagi Deli Spoorweg Maatschappij (DSM), perusahaan kereta api swasta Belanda yang beroperasi di Sumatera Utara pada masa kolonial.
Dikutip dari Harian Kompas, menurut Ibnu Murti Hariyadi dari Unit Pusat Pelestarian, Perawatan, dan Desain Arsitektur PT Kereta Api Indonesia, meja pemutar di Stasiun Tebing Tinggi merupakan satu-satunya yang tersisa di Indonesia dengan desain seperti itu.
Fasilitas ini tidak hanya berfungsi untuk membalik arah lokomotif tetapi juga mengarahkan lokomotif ke delapan jalur rel pendek menuju rumah parkir di dekatnya. Desain ini mencerminkan pengaruh teknologi perkeretaapian Eropa, seperti yang ditemukan di Inggris, Jerman, Austria, dan Swiss.
Keberadaan turntable dan roundhouse di Stasiun Tebing Tinggi tidak hanya mencerminkan kemajuan teknologi pada masanya tetapi juga menjadi simbol penting dalam sejarah perkeretaapian Indonesia.
Fasilitas ini menunjukkan bagaimana infrastruktur perkeretaapian di Sumatera Utara pernah mencapai tingkat kemajuan yang setara dengan standar internasional.
Sebagai bagian dari warisan industri, turntable dan roundhouse ini layak untuk dilestarikan dan dijadikan sebagai situs edukasi serta wisata sejarah bagi generasi mendatang.
No comments:
Post a Comment